27 Juni 2011

Kecukupan Gizi Tawon Penghasil Madu (bagian ketiga)

Kebutuhan berikutnya untuk pemenuhan kecukupan gizi tawon penghasil madu adalah protein.

Diantara semua senyawa kimia yang dikenal, protein merupakan komponen organisme yng paling kompleks dan paling khas. Protein terdapat  dalam semua sel hidup dengan peranan yang sangat luas, antara lain:


  • Nukleoprotein dalam pembelahan sel,
  • Enzim dan hormon yang mengatur reaksi-reaksi kimiawi dalam metabolisme sel,
  • Dalam berbagai organ seluler yang terdapat bebas atau bergabung dengan molekul-molekul lain.

Oleh sebab itu kuantitas dan kualitas protein adalah penentu utama pertumbuhan dan perkembangbiakan tawon madu, sama halnya pada insekta umumnya.

Semua insekta memerlukan paling sedikit 10 jenis asam amino esensial dalam makanannya – sama halnya dengan hewan mamalia, yakni asam  amino arginine, fenilalanin, histidin, isoleusin, leusin, lisin, metionin, treonin, triptofan dan valin.

Asam-asam amino non-esensial lainnya seperti alanin, asam aspartat, asam glutamat, glisin dan lainnya maupun keto asam amino analog merupakan bahan intermedier dalam katabolisme karbohidrat melalui proses transaminasi dan  deaminasi sederhana. Beberapa asam amino non-esensial dapat disintesis dalam tubuh, antara lain:

  • Prolin dan hidroksiprolin dari asam glutamate,
  • Serin dari glisin,
  • Tirosin dan sistin dari febilalanin dan metionin, sepanjang kedua asam amino terakhir ini tersedia diatas kebutuhan minimum.

Namun walaupun asam amino non esensial dapat di sintesis dalam tubuh, bukan berarti bahwa asam amino non-esensial tersebut tidak diperlukan kehadirannya dalam makanan. Meskipun sebagian insekta tumbuh dengan baik bila diberi makanan yang mengandung sepuluh jenis asam amino esensial – tetapi tidak akan sebaik  bila dilengkapi dengan asam-asam amino non-esensial terutama asam glutamat dan aspartat. Semua protein jaringan tubuh memerlukan kedua kelompok asam amino tadi walaupun sebagian dapat disintesis dengan menggunakan glukosa sebagai prekursor, pada akhirnya gugus amino harus diambil dari asam amino. Selain diperlukan energi metabolisme ekstra, reaksi-reaksi sintesis  seperti ini akan membangkitkan fragmen-fragmen surplus – yaitu kerangka Karbon yang dapat menimbulkan stres metabolis yang tidak diinginkan, misalnya ketogenesis pada mamalia.

Distribusi dan konsentrasi protein atau asam-asam amino di dalam tubuh tawon madu dipengaruhi oleh aktifitas fisiologis, makanan, umur, strata/kasta, spesies dan kondisi lingkungan.

Perkembangan ovarium diikuti oleh peningkatan protein dalam lemak tubuh. Sejumlah besar protein disintesis dalam lemak tubuh yang kemudian di transfer melalui darah ke oosit yang sedang tumbuh di dalam ovarium. Kemampuan sel-sel lemak tubuh mensintesis protein ada kaitannya dengan kehadiran retikulum endoplasmik kasar disana. Vitellogenin yang merupakan prekursor kuning telur juga disintesis dalam lemak tubuh yang dikontrol oleh hormon juvenile hasil dari corpora allata. Konsentrasi protein dan vitellogenin lebih tinggi pada tawon ratu dibanding dengan tawon pekerja, perbedaan konsentrasi protein dan vitellogenin ratu yang sedang atau tidak bertelur adalah tidak nyata.

Protein dalam senyawa biologis yang paling tinggi konsentrasinya adalah di dalam royal jelly, yaitu sekitar 11,9% yang dibentuk oleh 17 asam amino - yang utama adalah asam aspartat dan 5 senyawa ninhidrin. Demikian juga apitoksin (racun sengat) mengandung protein dengan konsentrasi tinggi, yaitu sekitar 20% pada A.mellifera ligustica dan A.mellifera adami.

Berat molekul protein apitoksin relatif rendah, protein yang dominant adalah melitin, yakni sekitar 40-50% berat kering apitoksin. Selain dari vitellin, protein-protein lain yang telah dideteksi dalam apitoksin adalah beta-esterase, alfa-esterase dan tiga jenis asam fosfatase, dan terdapat juga variasi antar spesies tawon.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar